Aku adalah seorang anak dari tempat yang sangat jauh dan terpencil, jauh dari keramaian kota, di tengah – tengah hutan belantara, tepatnya di daerah papua, bila orang mendengar nama daerah papua, pasti sudah terbayang di pikirannya, daerah yang sangat mengerikan, orang2nya hitam legam, tinggi besar kayak monster, dan daerah itu juga slalu di selimuti dengan konflik – antar suku maupun warga pemberontak dengan aparat, karna di daerah itu sudah lama isu2 mau merdeka atau lepas dari NKRI, tapi kalaw daerah itu di bilang mengerikan juga aku ngak setuju, karna aku sejak lahir di sana, aku dilahirkan di tempat itu, bahkan aku di lahirkan di tempat yang paling terpencil di daerah itu, bahkan karna sangat terpencilnya, kalau mau ke kota aja harus naik perahu kayu yang lebarnya nggak lebih dari setengah meter, panjangnya mungkin 3 atau 2 meter, di lengkapi dengan kayu menyeimbang di kanan kirinya yang biasa di sebut semang, makanya prahu itu di sebut perahu semang, tapi prahu itu sangat hebat gelombang air laut yang tingginya sampai 4 - 5 meter juga bisa dilewati dengan prahu itu, yang tingginya prahu itu padahal nggak lebih dari 1,5 meter, yaa walaupun penumpangnya sampai sesak nafasnya karna nahan rasa takut yang sangat, dan aku sering melewati rute perjalanan air laut yang mengerikan itu, yaa pasti sudah bisa di bayangkan bagaiman raut wajahku yang sedang ketakutan, dan perjalanan itu memerlukan waktu seharian, itupun kalau lancar, dan nggak jarang juga prahu itu mengalami macet di tengah laut, bensin habis, mesin mogok, dan sebagainya, coba bayangkan ketika prahu sekecil itu berhenti di tengah laut karna mesin mogok, terapaung – apung di tengah laut yang sangat luas, kanan kiri yang terlihat hanya air laut, tak ada pohon atau rumah yang terlihat, gunungpun tak terlihat, kacuali gunung – gunung air laut yang menyambar – nyambar prahu kecil itu, waah kalau itu sudah terjadi pasrahlah semua yang ada di kapal itu, tinggal nunggu takdir apa yang akan terjadi, yaa kalu di pikir – pikir, rasanya ngak mungkin ya orang mau menaiki prahu itu, sudah mengerikan, bayarnya mahal, sampai 200 ribuan lebih, waktunya juga lama, nyawa jadi taruhan lagi, tapi itulah nasib, di tempat itu kan nggak ada kendaraan laen lagi selain prahu kecil itu. Kabupaten waropen, kec,angkaisera, desa harapan jaya, itulah alamat kampungku, nama sebuah desa yang sangat bagus, HARAPAN JAYA, tapi ngak pernah jaya - jaya, haha……. dari dulu juga tempat itu begitu – begitu aja, tetap menjadi tempat yang terpencil dan terpelosok, jaringan telpon nggak ada, jangankan jaringan telpon, listrik aja nggak ada, desa itu kalaw malam ya gelap, pemerintah hanya bisa berjanji dan berjanji untuk membangun tempat itu, tapi hasilnya nihil, itu hanya omong kosong pemerintah, sampai saat ini juga tempat itu tetap dibiarkan begitu saja, aku yang sejak lahir di situ tau semua yang terjadi di tempat itu, tapi aku tidak boleh menyalahkan pemerintah seperti itu, mungkin saja karna belum sempat, atau emang nggak ada dana, berprasangka baik ajalah, atau bisa juga karna tempat itu belum pantas untuk di bangun, karna kalau aku perhatikan, sepertinya warganya juga di situ kayak nggak ada keinginanan desanya maju, jarang anak2nya di situ yang mau sekolah atau berkeinginan menjadi orang sukses, seolah2 mereka merasa nyaman berada di tempat terpencil itu, nggak ada motifasi mereka untuk bangkit dari tempat itu, yaa begitulah kehidupan mereka, sekolah mereka ya paling tingggi mungkin SMA, abis itu yaa nikah, haa itulah mereka mungkin hanya sebagian kecil aja anak yang melanjutkan sekolahnya dan ingin jadi orang sukses, yaa kalau di hitung2 anaknya di situ mungkin sekitar 30an, dan mungkin yang mempunyai keinginan menjadi orang sukses ya cuman 10 orang aja, dan itu hanya keinginan tapi tidak di lakukan, dan yang melakukan mungkin yaa cuman 2 orang aja, dan 2 orang itu satu laki2 satunya lagi perempun, yang perempuan itu sekolah di jawa timur sampai s1, dan habis itu ia kembali lagi ke kampung itu dengan suaminya, siapa perempuan itu, yaa itulah kakak perempuanku, dan yang satunya lagi laki2, siapa itu, ya itulah saya, jadi yang berhasil ya cuman saya dan kakak saya, yaa itulah kehidupan, orang mempunyai prinsip hidup berbeda2, orang mempunyai motifasi hidup berbeda2, aku dan kakakku berbeda dengan mereka karna emang dari kecil aku sudah dilatih berbeda dengan mereka, bukan aku berbeda karena aku kaya, karna emang aku bukan orang kaya, dan bahkan aku termasuk orang biasa2 aja di kampung itu, bukan juga karna kepintaran, karna aku bukanlah orang terpintar di kampung itu, tapi kami berdua berbeda karna pendirian, karna motifasi dan semangat juang tanpa pernah lelah yang telah di tanamkan oleh kedua orang tuaku tercinta sejak aku kecil, sejak kecil aku sudah di latih kerja keras, tanpa pernah merasa lelah dan mengeluh, nggak pernah putus asa, dari kecil waktu aku duduk di bangku SD, aku dan kakakku setiap siang sepulang sekolah, di saat temen2ku sedang asyik bermain atau sedang pulas tidur, kami di beri tugas menggembala kambing, meskipun terik matahari sepanas apapun, dan setelah sore, di saat temen2ku asyik main2 ada yang main bola, main karet, dan banyak lagi permainan2 di kampung itu, kami hanya bisa melihat mereka bermain sepanjang jalan, karna saat jam segitu kami di beri tugas untuk menjual kue2 buatan ibuku tercinta, atau buah2han hasil tanaman orang tuaku tercinta, kami menjualnya dengan menaiki sepedah dan berkeliling kampung itu, tanpa memperdulikan teman2ku yang sedang asyik bermain, sebenarnya juga sebagai anak kecil sering aku merasakan iri dan sebel, dan bahkan kami jengkel, nggak jarang juga aku mencela kedua orang tuaku tercinta, setelah sore kamipun mandi dikali dan pergi ke masjid untuk sholat dan mengaji, dan sepulang dari masjid yaitu setelah sholat isya, kamipun belajar pelajaran sekolah, setelah itu kamipun tidur, dan ibuku tercinta terkadang belum tidur, karna membuat kue untuk di jual besok, sampai subuh kamipun di bangunkan untuk sholat shubuh, dan setelah subuh itulah kebiasaanku, aku lari pagi walaupun sendirian, dan setelah itu kamipun mandi dan sekolah, sedangkan kedua orang tuaku tercinta pergi ke lahan melanjutkan kerjaannya, dan kalau hari minggu karna sekolah libur, itulah hari yang di tunggu2 anak2 di kampung itu, bebas bermain kemanapun mereka mau, waktu hari minggu emang asyik untuk bermain, tapi itu bagi mereka, bukan bagi kami, disaat teman2ku gembira karna hari libur, menikmati asyiknya bermain, kami diajak kedua orang tuaku ke lahan untuk membantu pekerjaan mereka, yaa semampu kami, entah itu menanam kacang, atau mencabuti rumput2 yang liar, pokoknya banyaklah kerjaan yang bisa kami kerjakan, dan setelah siang kami semuapun pulang, sholat, setelah itu kami berdua melanjutkan tugas kami seperti biasa, dan kedua ortua kami tercinta kembali kekebun lagi melanjutkan pekerjaannya, dan begitulah aktifitas kami setiap hari, yang sangat berbeda dengan aktifitas anak2 lainnya, yang seumuran itu pastilah ingin slalu bermain, dan bulan puasapun kami tetap harus bekerja tanpa harus merasa lelah, hari yang membahagiakan bagi kami hanyalah hari istimewa, yaitu hari lebaran, itulah hari yang kami tunggu2, kami bebas bermain dan setelah itu kamipun kembali melanjutkan aktifitas kami seperti semula, dan begitulah seterusnya, dan setelah kakak perempuanku, lulus SD, ia pun melanjutkan sekolahnya ke jawa timur, dan sayapun menjadi sendirian, melakukan aktifitas dan tugas2 dari orang tuaku sendiri tanpa ada yang menemani, tapi aku jugakan udah kelas 5 SD masak sih aku nggak bisa, aku pasti bisa dong, tapi tak semudah itu, ternyata susah juga, aku merasakan kesulitan di saat aku menjalankan tugas2 itu sendirian, sering aku merasa bosen, sebel, jengkel, karna disaat pulang sekolah temen2ku asyik bermain2 di bawah pepohonan yang sejuk, aku harus menggiring kambing2ku yang aku gembalakan tanpa harus peduli dengan panas terik matahari yang menyengat kulitku, tambah lagi panggilan2 temen2ku yang sedang asyik bermain, “ wan – wan, maen bareng2 sini yuk, asyik lho, jangan maen dengan kambing2 busuk itu terus,” ha ha ha………….., sungguh sangat menyebalkan dari saya, itu sebuah ajakan sekaligus ejekan, dan itu sangat sering aku mendengarnya, hampir setiap hari aku mendengarkan perkataan2 itu dari temen2 sebayaku yang tak punya pengertian itu, beberapa minggu, bulan, tahun, aku lewati hari2ku dengan perasaan getir dan menyakitkan, tapi aku tak bisa berbuat apa2, karna itu sudah tugas dan ketentuan kedua orang tuaku tercinta, suatu hari aku pernah terpengaruh dengan temen2ku, ketika aku duduk di kelas enam SD, karna aku sudah sangat sebel, jengkel, suatu siang ketika aku sedang seperti biasa menggembala kambing, ada beberapa temen2 sebayaku yang mengajakku untuk memancing, kebetulan memancing adalah hobi terberatku, dan kambingpun aku tinggalkan di tempat yang menurut saya aman, dan aku ikat satu induk yang palin besar di situ, supaya semua kambing nggak pergi dari tempat itu, dan ketika aku sudah memancing, dan hasil pancingan kita bakar sama2 temen”, trus kita makan rame2, akupun kembali ketempat kambing2ku tadi, dan ternyata, smua kambing2ku, masih berada di tempat itu, sangat senang aku rasakan, karna itu artinya, besok2 lagi aku bisa begitu trus, dan besok2nya pun aku ulangi seperti itu lagi, dan seterusnya, bahkan aku bukan lagi ikut temen2ku memancing aja, bahkan aku sampai ikut temen2ku mencari burung di hutan, dengan bersenjatakan kartafel, dan batu kerikil, sangat senang aku rasakan, karna saya rasakan seperti baru menemukan cara untuk bebas dari penjara, tapi ternyata smuanya tidak berjalan dengan lancar, ternyata datang juga masalah besar, karna seringnya aku tinggalkan kambing2ku, dan bahkan rasa sayangku terhadap hawan2 peliharaanku yang ada seperti waktu masih ada kakakku sudah hilang lenyap, bahkan aku sering tak segan2 memukul kambing2 itu dengan kayu balok sekalipun, bila ada kambing2 yang tidak bisa di atur, yaa memang yang namanya hewan itu nggak punya otak, jadi susah diatur, suatu hari ketika aku tinggalkan kambing2ku, untuk pergi berburu burung di hutan bersama temen”, katika aku pulang dan kembali ke kambing2ku lagi, tenyata ada satu kambing kecilku yang terlilit tali induk paling besar yang saya ikat, dan induk besar itu terus berputar” karna di tinggal kambing2 yang lain entah kemana, sehingga tali yang melilit kambing kecil itu semakin kencang, sampai2 lidahnya terjulur kedepan disertai dengan aliran darah, dan sayapun menjadi marah dan saya pukul induk kambing itu denagn kayu yang sangat besar, sambil berkata, “ bodok, bodok,bodok………… dasar kambing bodok, padahal kalau saya pikir2 sekarang, siapa yang bodok cobak, hahaha. . . dan setelah selesai aku lepaskan anak kambing yang terjerat itu, ternyata sudah mati, sungguh takut aku, kalau sampai bapakku nanti marah, dan aku pun langsung mencari kambing2ku yang lain, setelah aku temukan, lalu ku giring mereka pulang, setelah sampai dirumah akupun di marahin habis2san dengan mamaku, dan setelah lama aku dimarahin, akhirnya marahan dari mamaku itu di hentikan dengan bapakku, karna bapakku pun bisa menyadari bagaimana yang saya rasakan semenjak ditinggal kakakku, dan akhirnya mamaku pun bisa mengerti, dan besoknya lagi, bukannya aku tobat, tapi malahan lebih parah lagi, bukan hanya ikut bermain, memancing atau cari burung lagi dengan temenku, malahan aku sampai merokok sma temen2 walaupun masih kelas 6 SD, yaa walaupun bukan pakek uangku untuk membeli rokok itu, ada di antara temen2ku itu yang ortunya adalah orang lumayan mampu di kampung itu, dan mempunyai kios, jadi dialah yang kita setiap hari bujuk untuk membawa rokok, dan itu ia lakukan setiap hari, bukan hanya itu keburukan yang aku lakukan, akupun suka mencuri tanaman, ayam, milik orang2 di kampung itu, saya dan teman2 semakin nakal, hampir setiap siang kita menangkapi ayam yang berkeliaran dan kami bakar lalu makan rame2, begitu juga tanaman2 warga desa itu, seperti rambutan, salak, dan buah2 lainnya, suatu ketika, aku pernah tertangkap basah oleh orang yang mempunyai rambutan, ketika aku sedang mencuri rambutanya, kita pun di marahi habis2san untunglah itu bulan puasa, jadi orangnya masih bisa mengendalikan marahnya, dan untungnya lagi dia nggak nanyak kita ni anak2nya siapa, kalau sampai tau matilah aku, karna bapakku adalah orang yang sangat dihargai di kampung itu, bukan karna kekayaannya, karna bapakku bukan bukan orang kaya, bukan pula karna kepintarannya, tapi karna sifat dan pribadinya, itulah hebatnya bapakku, meskipun dia bukan orang terhebat di kampung itu, tapi banyak orang yang segan padanya, bahkan dipercaya dalam segala hal, menjadi orang penting, makanya kalau sampai ketahuan, matilah aku, untung saja tidak, dan itupun tidak membuatku jera, aku masi terus mengulanginya, dan datanglah masalah besar lagi, ketika aku dan temen2ku seperti biasa merokok di semak2 blukar, dan kambing2ku saya letakkan tak jauh dari tempat itu, tanpa saya ketahui mamku sedang mencari rumput untuk sapi di rumah, kebetulan bapakku udah beli sapi untuk di pelihara, dan mamaku mencari rumputnya di tempat itu, matilah aku, tanpa aku ketahui mamaku memergoki aku dan teman2 yang sedang merokok, marahlah mamaku, dan menyeretku pulang, sedangkan temen2ku dilaporkan ke orang tuanya masing2, dan merekapun di hukum dengan orang tuanya masing2, ada yang di pukuli sampai ada yang berdarah mulutnya, ada yang diikat dipohon dan di kasih semut angkrang, yaitu semut yang bisa menggigit dan mengencingi, yang rasanya sangat pedis, bagaimana dengan aku, itulah kemurahan orang tuaku, ketika aku sampai di hadapan bapakku, akupun ditampari oleh bapakku, dan seketika itu pula mamaku berteriak keras, sambil menangis, “ pak sudah, sudah pak, sudah pak, itulah” kelembutan hati seorang ibu, secerewet2nya ibuku, yang sangat sering marahin dan ngomelin aku, ternyata Ia mempunyai hati yang sangat lembut sebagai seorang ibu, dia tidak tega melihat anaknya di tampari, dan akhirnya bapakku pun menghentikan tamparannya, bapakkupun luluh hatinya, dan ternyata bapakku emang slama ini sudah mengetahui apa yang saya lakukan, dan menurut bapakku, aku berbahaya bila ada di kampung itu terus, kebetulan aku sudah kelas enam SD, dan hampir ujian kelulusan tinggal menunggu sekitar 2 bulanan lagi, beberapa hari setelah peristiwa itu, aku diajak bapakku kekota serui dan diajak nginap di salah satu uztad kenalan bapakku, yaitu pak uztad sholihin, yang tinggalnya di komplek pesantren hidayatullah serui, karna ia adalah salah satu uztad pesantern itu, dan itulah yang nantinya akan jadi tempat tinggalku, di tempat itu aku merasa sangat nyaman, semacam ada aura lain yang sangat sejuk, dan aku sangat tertarik pada tempat itu, dan dengan nginap di tempat itu beberapa hari, aku mendapat banyak pelajaran dari uztad itu, tentang pentingnya ilmu dan wawasan, dan saat aku udah pulang kembali kerumah, bapakkupun bertanya kepadaku, bagaimana tentang pesantren yang saya inapi itu,. dan sayapun katakan saya tertarik dengan tempat itu, waktu ujian kelulusanpun sudah semakin dekat, akupun di suruh konsen dengan pelajaranku, pekerjaan2ku pun yang mengarjakan kedua orang tuaku sendiri, karn aku masi blum bisa berpikir luas, aku blum bisa memperhatikan, merasakan kesibukan kedua ortuku itu, beberapa minggu kemudian, inilan massa2 yang aku tunggu2 dan sangat menegangkan, hari ujian telah tiba……………………………….!
Hari ujian kelulusan telah tiba,!
dua hari sebelum hari H, aku dan temen2
dengan riang gembira berjalan kaki menuju tempat ujian dilaksanakan, tempatnya
sangat jauh, yaitu di desa lain, perjalanan ber puluh2 kilo, yaa yang
kluarganya punya kendaraan diantarlah mereka dengan kendaraan, tapi kami, saya
dan temen2 yang senasib, kenapa senasib, karna sama2 anaknya orang yang bukan
orang kaya, slalu bermain bersama, sedih bersama, nakalpun bersama, apalagi ada
satu temenku yang namanya Ari, dialah temanku yang paling dekat, sangat banyak
kenanganku yang unik2 bersama temen satu ini, waktu mencuri, di marahin,
mincing, cari burung, bermain, dan masi banyak lagi, bahkan berkelahipun kita
pernah lakukan, itulah kenangan yang sangat unik, tapi ngak pernah membuat kita
bermusuhan, selalu menjadi karib yang baik, waktu pergi ke tempat ujianpun kami
yang senasib ini sama2 nggak punya kendaraan,ongkos dari orang tua pun pas –
passan, dan ahirnya kamipun jalan kaki menuju tempat ujian itu bersama teten2
lain yang senasib, bersama2 melewati jalan yang kanan kiri yang terlihat
hanyalah hutan belantara, dan jaraknyapun sangat jauh, berpuluh2 kilometer,
tapi kita bukan merasakan kesengsaraan, melainkan kegembiraan, karna smwa itu
kita lakukan bersama2, dengan perasaan senasib, itulah kengan yang yang
mengasikkan, ketika kami sampai disana, kamipun langsung menuju tempat yang
telah siap kita inapi, karna SD2 dari kampung lain juga ujiannya di situ, dan
tempatnya jauh2 juga, bahkan ada yang lebih jauh lagi dari kampungku, dan kami
yang dari Sp dua nginapnya sebuah rumah yng orangnya sangat baik, temen2ku yang
berangkatnya pakek kendaraan sudah menuggu lama di situ, dan ternyata mamaku
juga ikut ke situ dan beberapa orang tua temenku untuk menemani kami, entah
mereka pergi naik apa, tempat nginap kita berdekatan dengan tempat nginapnya
anak2 dari Sp3, jadi kita bisa kenalan dan pergi ke masjid bila waktu sholat
bersama2, kebetulan masjidnya ngak jauh dari tempat itu, ketika hari pertama
ujian telah tiba, itulah hari2 yang mendebarkan, kita anak2 dari Sp2 di
tempatkan di satu kelas bersama anak2 kampung itu, alias tuan rumah, di situlah
aku mengalami kenagan yang sangat unik, padahal ketika itu aku masi berumur
sepuluhan tahun, kebetulan tempat du2ku bersebelahan dengan salah seorang anak
perempuan murid dari sekolah kampung itu, namanya Irna, entah mengapa aku
merasa ada yang berbeda berada di dekatnya, macam gelisah tak menentu, ku
lirik2 trus dia, walaupun aku berusaha mamalingkan wajahku dari memandangnya,
tapi tetap saja mataku ini meliriknya, dalam hati ku berkata,, “mungkinkah
iniiii, apakah ini yang namanya cinta, ah` ngak mungkin aku harus konsen dengan
ujianku,” dan akupun berusaha untuk konsen dengan ujianku, walapun tetap saja
aku merasakan sesuatu yang hebat bergejolak dalam jiwaku, meskipun aku pun blum
tau apakan dia merasakan hal yang sama atau tidak, tapi rasa itu tetap saja
menyengsarakanku, tapi sudahlah saya akan brusaha untuk konsen dengan ujianku,
dalam ujian itu juga, ada yang membuat kita anak2 SD dari kampungku menjadi
bangga dan besar kepala, kenapa itu terjadi, karena kita yang dari SD kampungku
sangat di istimewakan di banding anak2 dari kampung lain, bahkan lebih istimewa
di banding anak2 tuan rumah, dalam hal makan snek aja kita yang dari kampungku
di istimewakan banget, anak2 dari SD lain termasuk anak2 dari SD tuan rumah,
makan sneknya mereka di satu ruangan, yang harus antri karena banyaknya anak2,
sedangkan kami dari kampungku, di berikan satu ruangan yang sangat sejuk, ada
kursi dan meja tempat kue, kami makan sepuasnya tanpa harus antri, waaah kayak
tamu undangan aja ni, dan itulah yang membuat anak2 dari kampung lain iri
setengat mati, hahaha kasian mereka, dan
setelah beberapa hari kami lewati dakampung itu, dengan banyak kenangan di
dalamnya, mulai waktu malam tidur berdesak2kan dengan temen2, ada yang ingin
kencing tengah malam dan nangis mintak di antar, ketika kita pergi ke masjid
untuk sholat bersama2, ketika masak sama2, ketika makan sama2, dan banyak lagi
kenangan yang kami alami, tapi kenangan yang menurut saya paling berkenan
adalah ketika ujian udah selesai dan sehari sebelum pulang ke kampungku, kita
anak2 dari kampungku berkenalan dengan anak2 tuan rumah, dan di antara anak2
tuan rumah itu ada anak yang di kelas duduknya di sampingku itu, waah
berdebaran dah hatiku, dan ternyata temen2 dari kampungku banyak yang udah
mengenalnya, waduh berdebar2 banget ketika aku harus bersalaman dengannya dan
menyebutkan namaku, waduh keringatkupun bercucuran keluar, dan badanku dingin,
tapi ternyata bukan aku aja yang merasakannya, ternyata di pun tak kalah
hebatnya merasakan gugup dan bercucuran keringat juga di dahi dan tangannya,
ketika temen2ku dan temen2nya, melihat itu, hebohlah mereka waah, jadi seru ni
suasananya, dan kitapun hanya tersenyum
malu dan berlalu begitu saja, dan sayapun berjalan pulang bersama temen2ku
sambil melambai2kan tangan ke mereka, sungguh haru suasananya, dan di antara
mereka yang saya pandangi paling mencolok adalah dia, dan kitapun terus
melambai2kan tangan hingga tak terlihat satu sama lain dan kitapun kembali
kekampung kita, tinggal nunggu hasil ujian di umumkan..
Hasil ujian
ketika beberapa minggu aku menunggu hasil
ujian, hari2 mendebarkan itu aku isi berbeda dengan temen2ku, temen2ku mewngisi
hari2 itu dengan berlibur kekota maupun di tempt2 hiburan yang ada di kampung
itu, sedangkan aku, hari2 itu aku isi dengan membantu kedua orangtuaku dalam
pekerjaan2 mereka, dan setiap malam ayahku selalu memberikan motifasi dan
semangat untuk aku supaya nanati ketika selesai mendengar hasil kelulusan
langsung pergi ke kota serui, melanjutkan sekolah di sana, walhasil, berkat
motifasi yang di berikan oleh bapakku, aku jadi bersemangat untuk pergi ke
sana, dalam pemikiranku, aku semakin besar, apa yang saya bisa nanti kalaw saya
di kampung ini terus, dan setelah
beberapa minggu saya lewati, datanglah hari2 yang saya tunggu2 itu, mendengar
hasil ujian, dan Alhamdullillah ternyata aku lulus dengan nilai yang sangat
memuaskan, kedua orangtuaku sangaat senang, dan akupun merasakan kebahagiaan
yang sangat, begitu pula dengan teman2ku yang lainnya, dan aku pun sudah
optimis dengan niat yang sangat bulat untuk melanjutkan sekolah ke kota serui,
tapi ada satu tantangan yang saya hadapi, yaitu tantangan yang datang dari
guru2 setempat, karena mereka akan membuat sekolah SMP yang pertama di kampung
itu, dan saya sebagai murid yang berprestasi, diharapkan untuk membantu
perintisan sekolah SMP itu, dalam artian berarti merteka ingin aku untuk
sekolah di kampung itu aja, dengan berbagai macam iming2, bahkan mereka
berjanji akan memberikan beasiswa penuh untuk aku, tapi ternyata itu semua
tidak benggiurkan aku mupun kedua orangtuaku, aku tetap optimis untuk pergi ke
kota serui, tapi sebelum aku pergi, terlebih dahulu aku dan semua temen2ku,
pergi ke sebuah tempat hiburan di kampung itu, yaitu air terjun, karna di
kampung itu ada banyak air terjun, dan sangat bagus2, di air terjun itulah, aku
merasakan kebahagianan yang terakhir kalinya bersama semua temen2ku dan kedua
orang tua ku tercinta, hari itulah yang membuat kenangan tak terlupakan dalam
benak ingatanku, dan takkan pernah terlupakan, dan takkan pernah terulang
kembali, itulah detik2 terakhir aku memandang wajah2 temen2ku, dan merekapun
merasakannya, karna akan kehilangan salah satu temen yang berpengaruh di kelas,
yaitu aku, sehari dia air terjun itu kita habiskan untuk hari terakhir dan
perpisahan, dan setelah selesai mandi2 di situlah terasa suasana yang sangat
mengharukan, hari perpisahan, hari terakhir aku bermain dengan temen2ku, dan
juga adik2 kelasku, karna besoknya aku harus berangkat, setelah seharian aku
habiskan untuk perpisahan bersama teman2ku, akupun pulang dan malam sehabis
magrib, aku bmasi bisa bertemu temen2 nagjiku, yang terdiri dari temen2
sebayaku dan juga adik2 kelasku, malam terakhir itu juga menjadi sangat haru
karna meraka harus ada yang menangis karna aku akan pergi, dan akupun merasakan
kesedihan yang sama seperti mereka, ketika malam sehabis isya, ketika mau
tidur, ibuku memelukku, dan mencium keningku, dia pun merasakan kesedihan yang
sangat, karna saat ini harus di tinggal semua anak2nya, akupun merasakan
kesedihan yang swangat, karna aku baru pertama kalinya harus hidup tanpa
orangtua, setelah semalam aku tidur, akupun bangun untuk sholat subuh, ketika
saya baru bangun aku mrlihat kedua orang tuaku sedang sibuk mempersiapkan
barang2ku, yang akan aku bawa nanti, memang mereka tak pernah kanal lelah untuk
anak2nya, mereka adalah orang yang paling hebat dalam hidupku, dan setelah selesai sholat shubuh, seperti
biasa, mamaku udah menyiapkan tiga gelas kopi susu dan kue2 butannya untuk
sarapan, biasanya aku lari pagi dulu sebelum sarapan pagi, tapi kali ini tidak,
karna aku harus mempersiapkan segalanya, di pagi itulah terakhir kalinya aku
merasakan canda tawa bersama kedua orang tuaku tercinta,, setelah selesai
sarapan akupun siap2 mempersiapkan apapun untuk keberangkatanku, setelah aku siap, aku keluar rumah dan
ternyata di luar temen2ku sudah menunggu, begitu pula ojek yang telah di pesan
bapakku untuk mengantar ke pelabuhan, sebelum aku berangkat, aku bersalaman
dengan semua teman2ku, sebagian mereka menangis karna kepergianku, kamipun
berperlukan, setelah semua temen2ku,
terakhir aku bersalaman dengan ibuku, dan ibuku menangis dan memelukku, lalu
mencium kaningku, kebetulan bapakku akan mengantarku smpai di serui, disitulah keadaan terlihat sangat haru, semua
yang ada di situ merasakan kesedihan, teman2ku yng setiap hari aku bermain
dengannya, dalam suka maupun duka, tetangga2, sesepuh, orang2 yng saya anggap
sebagai kluarga, terlebih orang tuaku,
dan akhirnya akupun pergi dan perlepasan air mata mereka,